Senin, 11 Desember 2017

Apakah Itu Flexible Work?



taken from google

Ada berbagai alasan kenapa sebagian pegawai menginginkan untuk bisa bekerja secara fleksibel (flexible work). Beberapa diantaranya adalah biaya transportasi yang mahal, waktu tempuh ke kantor yang panjang, transportasi umum yang belum memadai, jarak antara rumah dan kantor yang jauh, stress karena kemacetan, minimnya waktu yang bisa dihabiskan dengan anak, dan keperluan terkait kesehatan. Belum lagi untuk pegawai yang tempat kerjanya remote (karena instansi yang tersebar di seluruh Indonesia), mereka tentunya memerlukan tambahan waktu untuk bisa mengunjungi keluarganya di kampung halaman. Untukku sendiri, flexible work merupakan kebutuhkan karena aku tipikal pegawai yang mudah terdistraksi. Lingkungan kerja yang kondusif dan tenang sangat membantu untuk berkonsentrasi dan menjadi produktif.

Curhat dikit ya… Pernah aku bilang ke atasan kalau mau kerja di Perpus aja, eh atasan malah bilang “kerja di sini aja si mbak”. Huhuuu. Terus kalau di ruangan aku menyendiri di pojokan, dikiranya aku mengasingkan diri. Kwkwk. Tapi salahku juga karena aku ga pernah bilang ke atasan kalau aku susah berkonsentrasi. =( Btw, Kadang aku suka kesel n nyesel sendiri kalau banyak sekali waktu yang terbuang sia-sia karena hal yang tidak perlu, misalnya makan siang kelamaan dan ngobrol yang berlebihan.

Back to topic

Flexible work semakin banyak diterapkan oleh berbagai perusahaan dan instansi. Menurut survey yang dilakukan Gallup, pada tahun 2016 pegawai di Amerika yang bekerja dari jauh mencapai 43% dari total tenaga kerja di sana. Jika dibandingkan dengan persentase di tahun 2012 yang mencapai angka 39%, maka bisa disimpulkan bahwa trend pegawai yang bekerja dari jauh terus mengalami peningkatan. Flexible work telah digunakan oleh berbagai institusi sebagai strategi dalam mengelola SDM. Kalau di APSC sendiri, Flexible Work sudah merupakan bagian dari rekrutmen dan retention initiatives, untuk men-support employee yang cacat, untuk mempromosikan budaya kerja yang positif, menjadi bagian dari strategi pengelolaan absensi, dan untuk memfasilitasi lingkungan kerja yang aman dan sehat. Menurut data APSC, di tahun 2013 Flexible Work banyak digunakan oleh pegawai yang memiliki masalah kesehatan. Berdasar Fair Work Act 2009, pegawai di Australia bisa mem-propose Flexible Work arrangements.

Setahun terkahir ini makin banyak pegawai yang resign dari kantor. Gimana kalau menerapkan kebijakan Flexible Work ini? Kali aja jadi nilai tambah kantor biar pegawai makin betah. =p

So, apakah itu flexible work?


Barbara Pocock mendefinisikan konsep work-life balance sebagai berikut:

“Orang-orang memiliki ukuran kontrol atas kapan, dimana, dan bagaimana mereka bekerja. Hal itu akan tercapai ketika hak individu untuk memenuhi kehidupan di dalam dan di luar pekerjaannya diterima dan dihargai sebagai norma untuk saling menguntungkan baik individu tersebut, bisnis, maupun masyarakat”.

Jadi, workplace flexibility itu terjadi kalau kita (sebagai pegawai) bisa menentukan sendiri kapan, dimana, n bagaimana pekerjaan kita diselesaikan. Aku baru tau loh ternyata Flexible Work itu tidak hanya berupa flexi time (seperti yang diterapkan di kantor suami), tetapi ada beberapa macam bentuk. 

Menurut Australian Public Service Comission, ini nih bentuknya:
a.    Flexible working hours
Reduced hours, compressed working weeks, split shifts, autonomy in start and finish times
b.    Flexible working places
Working from home, working from another location, use of social media to work on the move
c.     Flexible working practices
      Purchased leave, phased retirement, job-sharing, annualised hours


I need flexible working place pleaseee.... T-T bersambung yaa ceritanya...

Oia, sebagian besar info di atas bisa dibaca di:
  gallup
forbes
Australian Public Service Commission

Aku cuma merangkum azza... hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads Inside Post