Dari Abu Hurairah,
Rasulullah SAW berkata:
“Diantara keibaikan
keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna”
Kata Ustadzah inti dari hadits ini adalah “stop wasting time”. Beliau menambahkan bahwa untuk mendapatkan nikmat dunia
aja harus kerja keras, apalagi ingin mendapatkan nikmat akhirat?
Hadits di atas
nyambung dengan Surat Al Mu’minun (surat ke 23), ayat 1 sampai dengan 11. Dalam
surat tersebut disebutkan bahwa jika ingin mendapatkan surga firdaus, maka ada
6 poin yang harus kita lakukan, yaitu:
1.
Khusyuk dalam shalat
2.
Meninggalkan perkataan dan perbuatan yang sia
sia
Orang baik dalam diamnya ada dzikir,
bukan membayangkan dosa. Misal: seorang pemuda membayangkan gadis yang
disukainya. Hal ini termasuk membayangkan dosa.
Wanita harus bisa menjaga lisannya.
Banyak wanita masuk neraka karena lisannya.
3.
Menunaikan zakat
4.
Menjaga kehormatan
Tidak mendekati zina. Selain zina dalam
arti yang sebenarnya, zina juga bisa dalam bentuk lisan, pandangan, dll.
Misalnya:
Cowonya: “I love you ayangku…”
Cewenya: ”I love you too muah muah…”
An Nur ayat 30 => perintah laki2
untuk menahan pandangan
An Nur ayat 31 => perintah wanita
untuk menahan pandangan
Orang yang bisa menahan pandangan akan
memiliki firasat yang tajam, misalnya adalah Utsman bin Affan RA. Dari sorot
mata beliau RA sudah bisa mengetahui apakah seseorang telah melakukan zina atau
tidak.
Ada 5 keadaan yang diperbolehkan untuk
bertatapan:
a.
Guru dengan muridnya
b.
Penjual dengan pembeli
c.
Dokter dengan pasien
d.
Dalam kesaksian (misal dalam persidangan)
e.
Dalam menyelamatkan seseorang
Kelima keadaan di atas hukum asalnya
boleh. Berubah menjadi dilarang jika sudah muncul perasaan cinta (misal: guru
dan murid saling cinta, maka mereka ga oleh bertatapan).
5.
Menepati janji dan amanah
6.
Memelihara shalat
Perhatikan bahwa 6
poin di atas dibuka dengan “sholat” dan ditutup dengan “shalat” lagi. Lalu, apakah
beda “shalat” pada poin nomor 1 dan nomor 6?
Bedanya adalah bahwa
shalat pada poin 1 maknanya lebih dalam dari shalat pada poin 6. Orang-orang
yang khusyuk dalam shalatnya adalah orang yang beruntung karena dipilih oleh
Allah. Hanya orang-orang tertentu yang bisa sampai pada level khusyuk, misalnya
adalah para sahabat. Bagi para sahabat, jika shalat mereka tidak khusyuk, maka
mereka merasa shalat yang mereka kerjakan tidak sempurna. Mereka merasa mereka
telah lalai.
Lalu, apakah yang
dimaksud dengan memelihara shalat? Memelihara shalat baik dari segi waktu,
rukun, adab, dll. Bisa jadi memelihara shalat untuk mewujudkan shalat yang
khusyuk.
Maksud lalai dalam
shalat adalah:
1.
Para sahabat
Para sahabat merasa lalai dalam shalat
jika shalatanya tidak khusyuk.
2.
Ummat Rasulullah SAW pada umumnya
-
Lalai waktu
-
Lalai rakaat
-
Lalai bacaan
3.
Orang Munafik
-
Meninggalkan shalat
- Shalat tapi riya’ (biasanya mereka cuma Shalat
Zuhur dan Ashar saja supaya bisa dilihat orang lain)
Contoh tindakan yanga
tidak bermanfaat: berlama-lama dalam debat dan berlama-lama dalam kebahagian
untuk orang tertentu (misal: keliling dunia terus meninggalkan anak dan/atau
suami di rumah).
Para wanita yang
sudah menikah dan memiliki anak. Ga usah jauh-jauh dalam mencari surga karena
surga kita ada di rumah (menjadi istri yg baik u suami, ibu yg baik u anak2
kita, dll).
Imam Syafi’i pernah
mendapatkan pelajaran dari orang sufi. Inti nasehat tersebut terdiri dari dua
penggalan kalimat berikut:
الوقت كالسيف فإن
قطعته وإلا قطعك، ونفسك
إن لم تشغلها بالحق
وإلا شغلتك بالباطل
“Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka
ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan,
pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.”
Nasehat tentang waktu ini lebih lengkapnya bisa dibaca di Rumaysho.
Semoga bermanfaat, kalau ada khilaf dan kesalahan dalam penulisan semoga Allah maafin aku... <3