Apa yg harus
kita lakukan agar anak2 kita jadi Qurrata A'yun?
Pada kajian ini
akan dibahas 5 dulu.
Menurut para
ulama kiat yang harus diperhatikan oleh seorang ibu ketika sudah memiliki
keturunan:
1.
Shalihkan diri kita dan suami
kita ketika kita sudah bersatu dalam rumah tangga
Kenapa? Anak layaknya bayang-bayang
dan orang tualah yang menjadi bendanya. Bayang-bayang tidak akan lurus jika
bendanya bengkok. Menurut Ibnu Qayyim, kesholihan anak-anak kita akan
tergantung pada pemilik air (pihak suami) dan pemilik rahim (istri).
Ada yang bertanya pada seorang Ustadz
“Ustadz, kenapa ya banyak anak-anak yang umurnya di bawah 10 tahun tapi sudah hafal
Al Qur’an?” Ustadz itu menjawab “karena Ibu mereka cinta Al Qur'an” meskipun Ibu-ibu
tersebut tidak hafal Al Qur'an, mereka cinta pada Al Qur'an. Mereka senang membacanya
terutama saat mengandung.
Kisah nyata tentang pengaruh air susu
dengan sifat anak susuan:
Imamul Haromain adalah salah satu
ulama besar Mazhab Syafi’i. Beliau memiliki kekurangan yaitu ketika beliau
berbicara ada kata-kata yang terselip (maksud hati ingin berkata
apa, tetapi yang dikeluarkan berbeda). Karena penasaran dengan kekurangannya, beliau
mencari penyebab kenapa beliau memiliki sifat seperti itu. Ayah Imamul Haromain
pun kemudian menceritakan kepadanya tentang bagaimana dulu beliau dibesarkan. Dulu,
Ayah Imamul Haromain benar-benar menjaga Imamul Haromain, salah satu caranya
adalah dengan menjaga air susu yang diberikan kepadanya. Imamul Haromain hanya
disusui oleh ibunya (beliau dikenal dengan kesholihannya) dan orang-orang yang
bertaqwa. Kalau ASI ga keluar pilihlan dr org yg shalihah). Pada suatu waktu, Imamul
Haromain menangis kehausan sedangkan ibunya sedang tidak berada di tempat. Masuklah
tetangganya. Karena Imamul Haromain menangis, tetangga tersebut pun iba dan
akhirnya menyusuinya. Itulah yang membentuk Imamul Haromain kenapa jika
berbicara suka terselip. Selain Imamul Haromain, Imam Abu Hanifah juga mengalami
kondisi serupa. Beliau jika berbicara terkadang suka terselip-selip. Fyi, Imam
Abu Hanifah terkenal dalam masalah qiyas. Kuatnya kata dan teori yg keluar dari
mulut Abu Hanifah membuat orang-orang menjadi percaya padanya.
Oleh karena itu, jangan mudah menyusukan
anak kita ke orang lain yang kita tidak tahu asal usulnya yaaa => dalam
sunnah pun tidak diperbolehkan looh.
Simpulan dari poin ini:
Bertaubat pada Alloh secara total
(terutama setelah memiliki anak), sehingga dosa yang kita perbuat tidak membawa
keburukan (misalnya pada anak kita). Setelah menikah, kenakalan kita akan berpengaruh
pada putra dan putri kita.
2.
Perhatikan bagaimana kebaikan kita
kepada orang tua kita dan bagaimana kebaikan suami kita pada orang tuanya
Fyi, poin 2 ini juga akan berpengaruh
banget pada kesholihan anak kita loh. Ketika kita dapati anak kita ga sholih,
coba perhatikan apakah ada kesalahan kita pada orang tua kita yg kemudian Allah
beri hukuman melalui perantara anak-anak kita. Rasul bersabda “tidak ada
kebaikan yg Allah balas di dunia kecuali kebaikan pd ortu, dan tidak ada
hukuman atas satu kejahatan Allah beri di dunia kecuali kejahatan thd ortu”.
Sampai Wahab bin … (maaf ga ketagkap pas denger penjelasan Ust Oemar Mita)
mengatakan bahwa siapapun orang yang hormat pada orang tuanya, Allah akan kasih
kontan anak yang hormat padanya. Begitu juga sebaliknya. Orang yang tidak
hormat pada orang tuanya, Alloh akan kasih kontan anak yang tidak hormat padanya,
sebagaimana dulu dia tidak hormat pada orang tuanya. Berbakti/tidak berbakti pada
orang tua akan dibalas cash/kontan di dunia, selain ada balasannya di akhirat.
Contoh:
Tsabit al Bunani pernah mendapati seorang
anak yang tega menampar ayahnya. Ternyata sebabnya adalah dulu ayah tersebut
menampar ayahnya sebagaimana hari itu dia ditampar anaknya.
Ada keluarga yang anaknya kecanduan
playstation sampai tidak sekolah dan pergi dari rumah. Akhirnya orang tua anak
tersebut dinasehati untuk memperbaiki hubungan dengan nenek kakeknya . Setelah
pulang kampung dan berbakti, anaknya yang suka playstation itu akhirnya pulang
dengan sendirinya padahal ga dicari.
Nasehat spesial untuk para suami.
Kita (para istri) harus (lebih)
perhatian pada orang tuanya karena suami tetap anak ibu/orang tuanya. Jangan sampai
kita menghalangi suami kita untuk berbuat baik pada orang tuanya. Bisa jadi balasannya
terjadi nanti ketika kita sudah punya anak. Bisa jadi menantu kita juga akan
mengahalangi anak kita untuk berbuat baik pada kita.
Jadikan orang tua kita ridha pada
kita, sehingga Allah akan kasih balasannya di dunia dan akhirat. Cash kontan. Orang
sesholih apapun tidak mungkin masuk surga jika dia tidak mendapatkan ridha orang
tuanya. Jangan jadi istri kompor yaa… biar anak kita juga jadi anak yang baik.
3.
Perhatikan makanan
Jangan suka berikan makanan yang
syubhat dan haram karena tidak mungkin anak kita mendapat kebaikan dan kesholihan
jika diberikan makanan yang syubhat dan haram.
4.
Berdoa
Jangan meremehkan doa. Pemilik doa
mustajab bagi anak adalah ibu. Sebagai seorang ibu, kita harus ngomong yang baik-baik
karena malaikat suka mengaminkan perkataan kita. Kalau kita tidak bisa mengontrol
emosi, ketika kita marah mending suruh anak kita pergi daripada kita ngomong
jelek tentang anak kita.
Tips: saat marah jangan berhadapan
dengan orang yang marahan dengan kita karena mulut suka susah dikontrol.
5.
Tanamkan padanya akidah, jangan
hanya fiqih
Kadang kita seneng anak kita bisa
azan, bisa wudhu, hafal huruf arab, dll. Namun, sesungguhnya yang paling penting
adalah akidah (keterikatan diri kita pada Allah) misalnya berikan pemahaman
tentang surge dan neraka pada anak, dll.
Teorinya, yang berisi baru bisa
mengisi (yang berilmulah yang bisa mengajarkan ilmu). Oleh karena itu, datangilah
kajian ilmu supaya bertambah akidah kita kepada Allah dan mampu menyampaikannya
dengan benar dan jelas kepada putra dan putri kita.
Jangan menjadi orang tua yang seperti pemadam kebakaran, yaitu orang tua yang ketika muncul masalah baru mencari solusinya....
Semoga bermanfaat.
Jika ada kesalahan maafkan yaa....